psikologi

Selasa, 07 April 2009

BAHAYA PONSEL BERKAMERA 2

Proposal Bahasahttp://bahasacalpan.blog.friendster.com/



February 7th, 2008 by bahasacalpan

Proposal

Kelas Bahasa dan Komunikasi Februari 2008

(dibuat oleh Kelompok 2: Didik, Suratno, Rolink, Lie Hendra, Siohong, Wahyudi)

Latar belakang

Di zaman sekarang, handphone bukan lagi barang asing bagi anak-anak hingga orang tua. Dari kalangan ekonomi menengah ke bawah maupun menengah ke atas. Bahkan jumlah pemakai handphone di China sampai saat ini tercatat sebanyak 301 juta orang. Jumlah ini sama seperti jumlah penduduk yang ada di Amerika Serikat.

Sedangkan di Indonesia, dari jumlah penduduk sekitar 230 juta orang, sebanyak 40% atau sekitar 92 juta orang adalah pemakai handphone. Harga-harga handphone pun bervariasi sesuai dengan tipe dan fungsinya. Mulai dari harga ratusan ribu hingga puluhan juta. Artinya, dari orang yang tingkat ekonominya rendah pun bisa membelinya. Dari handphone yang fungsinya standart, yang hanya bisa untuk telephone dan sms, hingga yang dapat difungsikan untuk mendengar musik, berkamera, 3G, bisa mengetahui keberadaan si penerima telpon, dan lain-lain sebagainya.

Analisis Permasalahan :

Dari latar belakang di atas, bahwa muncul permasalahan baru terhadap pemakai handphone yang dapat dilihat dari berbagai sisi sebagai berikut:

1. Bahasa

Bahasa yang digunakan dalam penulisan SMS yang oleh orang Jakarta berbeda dengan orang Jawa Tengah. Misalnya penggunakan kata “aku” atau “saya” untuk di Jawa Tengah, namun di Jakarta terbiasa menggunakan kata “gue”, atau malah disingkat menjadi “gw”. Begitu juga dengan penulisan kata “kamu” yang sudah sangat umum digunakan, namun di Jakarta lebih sering menggunakan kata “elo”.

2. Karakteristik Manusia (perilaku)

Karakter Pemakai handphone juga berbeda-beda. Karakter pemakai handphone di orang tua lebih mengutamakan kebutuhan untuk bisa terima atau telepon dan SMS. Sedangkan dikalangan anak muda, sudah beda lagi. Handphone tidak hanya digunakan sebagai alat komunikasi layaknya fungsi handphone, namun juga digunakan untuk mengeksploitasi (memanfaatkan teknologi handphone secara berlebihan) dirinya. Dewasa ini apalagi dengan praktis dan mudahnya orang untuk berekpresi melalui media fotograpi. Hanya dengan menggunakan handphone berkamera saja orang sudah dapat mengambil foto sesuka hati. Bahkan dalam beberapa kasus ada orang yang suka sekali mengambil foto dirinya sendiri. Hal ini yang dalam lingkungan pergaulan anak muda di kota besar (khususnya Jakarta) muncul istilah Narsis. Contoh kasus lain adalah merebaknya kasus video ataupun foto porno melalui handphone sekarang ini. Bahkan beberapa waktu yang lalu kasus seperti ini sempat dialami oleh seorang pejabat dewan dengan melibatkan WIL. Dalam kasus tersebut video mesum pejabat tersebut dengan WIL-nya diabadikan ke dalam handphone berkamera milik WIL-nya. Dan hingga laporan ini ditulis persidangan masalah video mesum tersebut belum mencapai keputusan klimaks dari pengadilan. Selain kasus diatas masih banyak lagi contoh kasus yang kurang lebih memiliki latar belakang yang sama yaitu eksploitasi melalui media (handphone) secara berlebihan. Perilaku lain yang muncul dari pemakaian handphone ini adalah kecenderungan orang tentang keberanian mengungkapkan perasaannya melalui handphone lebih tinggi dibandingkan menyampaikannya secara langsung. Ambil contoh adalah dalam hubungan cowok-cewek ketika orang mengungkapkan atau mengucapkan cinta terkesan lebih berani jika melalui handphone, karena jika mengucapkan dengan berhadapan langsung akan ada semacam perasaan malu, kikuk, dll. Sehingga mereka lebih berani mengungkapkanya lewat handphone.

3. Potensi Sumber Daya Manusia

Dari jumlah pengguna handphone yang disurvey (di daerah perkotaan) ternyata masyarakat (pada umumnya) daerah perkotaan handphone sudah menjadi kebutuhan primer dalam kehidupan sosial mereka, baik itu kebutuhan/urusan keluarga, atau pun sebagai media komunikasi dalam bisnis. Atau dengan kata lain bahwa handphone sudah menjadi satu bagian yang tidak terpisahkan bagi pribadi orang itu sendiri. Dimanapun, Ketika melakukan apapun handphone seolah-olah “harus” berada di samping mereka, bahkan ketika sedang berkendara. Permasalahan yang kemudian muncul adalah mayoritas masyarakat sering mnggunakan handphone saat berkendara tanpa(dalam beberapa kasus) memedulikan keselamatan berkendara. Mereka cenderung menggunakannya secara acuh dengan alasan bisnis, ataupun urusan penting lainnya.

4. Rumusan Masalah

Dari kasus-kasus yang disebutkan di atas, kami menyimpulkan bahwa kebanyakan orang memiliki kecenderungan untuk menggunakan handphone ketika berkendara dan cenderung mengabaikan keselamatan mereka. Berdasarkan hasil survey yang ada sebanyak 74,1 % dari pengguna handphone merasa bahwa penggunaan handphone saat mengemudikan kendaraan dapat mengganggu konsentrasi dan bahaya kecelakaan yang mengancam, tetapi tetap saja menggunakan. Sementara sisanya sekitar 26% sadar akan dampak dan bahayanya menggunakan handphone sambil berkendara, sehingga mereka lebih memilih untuk tidak menggunakannya sama sekali ketika berkendara.

5. Bentuk Proyek Bentuk :

Iklan layanan masyarakat dengan media Print ad atau iklan Televisi. Iklan ini mencoba mengajak masyarakat agar menyadari dampak penggunaan handphone ketika berkendara.

Target market:

- Orang tua yang sudah berkeluarga.

- Masyarakat golongan ekonomi menengah dan memiliki kendaraan pribadi

- Orang tua yang memiliki mobilitas tinggi

- Sering menggunakan handphone ketika berkendara Pesan yang ingin disampaikan:

1. Orang tua ikut bertanggungjawab terhadap masa depan anaknya. 2. Anak masih membutuhkan kasih sayang dari orang tua untuk bisa survive dalam hidupnya.

6. Lokasi

Tidak ada komentar: